JAKARTA- Perjalanan 14 tahun era reformasi di Indonesia
dianggap gagal. Sejumlah agenda reformasi seperti pemberantasan
korupsi, perbaikan tata birokrasi dinilai masih jauh dari harapan.
"Saya
kira tidak ada satupun cita-cita reformasi yang terwujud. Yang terwujud
itu cuma satu, yaitu hasrat kebebasan yang menurut saya tidak
diletakkan untuk membebaskan rakyat dan bangsa yang terjajah," kata
aktivis Petisi 28 yang juga mantan aktivis 1998, Haris Rusli saat
berbincang dengan Okezone di Jakarta, Senin (21/05/2012).
Kebebasan
yang dimaksudkan oleh Haris tersebut adalah kebebasan untuk melakukan
penindasan kepada rakyat, serta kebebasan untuk melakukan korupsi dengan
menyepelekan hukum yang berlaku.
"Jadi perjuangan kita dulu
bertujuan agar kita bisa bebas memperjuangkan kepentingan rakyat miskin,
dan bangsa yang teraniaya. Kebebasan ini sekarang salah ditempatkan
dalam hal korupsi, bebas menipu, bebas menindas rakyat," sambungnya.
Menurut
Haris, alasan gagalnya reformasi tak lepas dari ulah tokoh-tokoh yang
menyebut dirinya sebagai reformis dulu. Saat ini justru tokoh-tokoh
reformis telah berbalik menjadi penggerogot keuangan negara. Selain
itu, dia juga menilai bahwa para tokoh reformis tersebut tidak konsisten
dalam memperjuangkan cita-cita reformasi, serta telah melakukan
kaderisasi KKN.
"Tokoh-tokoh reformasi misal Amien Rais, Megawati
dan termasuk SBY dulu teriak-teriak anti korupsi. Sekarang malah mereka
terdepan dalam melakukan KKN. Misal Amien, SBY dan Mega mengkader
anaknya sendiri. Sama sekali tidak ada perubahan tingkah laku dari
orang-orang yang katanya reformis. Dari konsistensi itu saja sudah
terbelakang," tegas Haris.
Haris mengatakan, yang justru terjadi
saat ini adalah kemunduran, dan keterbelakangan luar biasa. “Kita justru
malu kepada Soeharto yang kita anggap penindas. Ternyata kita tidak
bisa membayar tunai apa yang kita perjuangkan," kata Haris.
Akibat
dari gagalnya cita-cita reformasi tersebut, tidak sedikit masyarakat
yang beranggapan bahwa masa kepemimpinan Soeharto masih lebih baik jika
dibandingkan dengan kepemimpinan presiden setelah era Soeharto. Namun
Haris menganggap wajar tentang pendapat publik yang seperti ini.
Lebih
lanjut Haris menambahkan, seharusnya para pemimpin negeri ini mampu
menyatukan gagasan positif yang ada pada dua pemimpin besar negeri ini,
yakni Soekarno dan Soeharto.
"Menurut saya kita perlu
mensintesakan hal positif yang pernah dicapai Bung Karno yakni Pancasila
dan Operasional Sistem Kenegaraannya Soeharto. Kita sintesakan yang
positif ini untuk arsitektur negara yang betul bisa menghakimi era yang
penuh kegelapan seperti sekarang ini. Yang negatif ya jangan ditiru,"
pungkasnya.
Sumber : Okezone News