SUMEDANG, (PRLM).- Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kab. Sumedang akan membangun 4 unit bangunan beserta peralatan pengolahan sampah di TPSS (tempat pembuangan sampah sementara).
Tempat dan peralatan pengolahan sampah itu, sengaja dibangun guna mengurangi volume sampah di tingkat hulu atau di lingkungan masyarakat sebelum dibuang ke TPSA (tempat pembuangan sampah akhir).
“Dengan membangun 4 unit pengolahan sampah ini, kami berusaha untuk mengurangi sampah mulai dari hulu atau di masyarakat,” kata Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kab. Sumedang, Agus Sukandar ketika ditemui di kantornya, Senin (3/3/2014).
Menurut dia, keempat unit bangunan dan peralatan pengolahan sampah itu, antara lain akan ditempatkan di TPSS Talun di Kec. Sumedang Utara, Darangdan di Kec. Sumedang Selatan, Situraja Utara, Kec. Situraja dan Hegarmanah di Kec. Jatinangor.
Anggarannya bantuan dari provinsi dan DAK (Dana Alokasi Khusus) pemerintah pusat, masing-masing sekitar Rp 500 juta. “Pembangunannya tahun ini,” kata Agus.
Dikatakan, untuk pengolahan sampah rumah tangga di TPSS Talun dilakukan oleh sekelompok masyarakat setempat. Sampah-sampah yang dibuang ke TPSS, akan dipilah antara sampah organik dengan anorganik.
Sampah organik bisa diolah menjadi kompos, sedangkan anorganik diolah lagi sehingga menghasilkan produk peralatan rumah tangga.
Contohnya, sampah plastik atau bekas air mineral dihancurkan lalu diolah sehingga menjadi bijih plastik. Selanjutnya, bijih plastik itu dibuat berbagai produk peralatan rumah tangga berbahan baku plastik.
“Nah, pengolahannya dikerjakan langsung oleh masyarakat. Masyarakat bisa mendapatkan penghasilan dari penjualan berbagai produknya. Kalau kami hanya memasilitasi membangunkan tempat berikut menyediakan mesin pengolahannya, Konsepnya sama dengan TPSS lainnya. Cuma bedanya, pemilahan dan pengolahan sampah di TPSS Darangdan, Situraja dan Jatinangor untuk sementara dilakukan pasukan kuning (petugas pengangkut sampah),” tuturnya.
Lebih jauh ia menjelaskan, dengan pengolahan sampah di tingkat masyarakat tersebut, diharapkan volume sampah yang diangkut ke TPSA Cibeureum di Cimalaka akan berkurang. Terlebih, volume sampah di TPSA Cibeureum setiap tahunnya meningkat rata-rata 2 persen.
Saat ini volume sampahnya mencapai sekitar 3.047 kubik. Kenaikannya seiring bertambahnya jumlah penduduk dan pesatnya pembangunan. Meski volume sampah setiap tahunnya naik sekitar 2 persen, TPSA Cibeureum masih mampu menampung sampah hingga 2032 nanti.
“Walau demikian, kita tetap harus berupaya mengurangi volume sampah di TPSA sekaligus menekan kenaikan volume sampahnya. Mudah-mudahan, dengan pembangunan tempat pengolahan sampah berikut peralatannya, bisa mengurangi volume sampah di tingkat masyarakat sebelum diangkut ke TPSA,” ujar Agus. (A-67/A-89)***
Sumber : Pikiran Rakyat Online
Tempat dan peralatan pengolahan sampah itu, sengaja dibangun guna mengurangi volume sampah di tingkat hulu atau di lingkungan masyarakat sebelum dibuang ke TPSA (tempat pembuangan sampah akhir).
“Dengan membangun 4 unit pengolahan sampah ini, kami berusaha untuk mengurangi sampah mulai dari hulu atau di masyarakat,” kata Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kab. Sumedang, Agus Sukandar ketika ditemui di kantornya, Senin (3/3/2014).
Menurut dia, keempat unit bangunan dan peralatan pengolahan sampah itu, antara lain akan ditempatkan di TPSS Talun di Kec. Sumedang Utara, Darangdan di Kec. Sumedang Selatan, Situraja Utara, Kec. Situraja dan Hegarmanah di Kec. Jatinangor.
Anggarannya bantuan dari provinsi dan DAK (Dana Alokasi Khusus) pemerintah pusat, masing-masing sekitar Rp 500 juta. “Pembangunannya tahun ini,” kata Agus.
Dikatakan, untuk pengolahan sampah rumah tangga di TPSS Talun dilakukan oleh sekelompok masyarakat setempat. Sampah-sampah yang dibuang ke TPSS, akan dipilah antara sampah organik dengan anorganik.
Sampah organik bisa diolah menjadi kompos, sedangkan anorganik diolah lagi sehingga menghasilkan produk peralatan rumah tangga.
Contohnya, sampah plastik atau bekas air mineral dihancurkan lalu diolah sehingga menjadi bijih plastik. Selanjutnya, bijih plastik itu dibuat berbagai produk peralatan rumah tangga berbahan baku plastik.
“Nah, pengolahannya dikerjakan langsung oleh masyarakat. Masyarakat bisa mendapatkan penghasilan dari penjualan berbagai produknya. Kalau kami hanya memasilitasi membangunkan tempat berikut menyediakan mesin pengolahannya, Konsepnya sama dengan TPSS lainnya. Cuma bedanya, pemilahan dan pengolahan sampah di TPSS Darangdan, Situraja dan Jatinangor untuk sementara dilakukan pasukan kuning (petugas pengangkut sampah),” tuturnya.
Lebih jauh ia menjelaskan, dengan pengolahan sampah di tingkat masyarakat tersebut, diharapkan volume sampah yang diangkut ke TPSA Cibeureum di Cimalaka akan berkurang. Terlebih, volume sampah di TPSA Cibeureum setiap tahunnya meningkat rata-rata 2 persen.
Saat ini volume sampahnya mencapai sekitar 3.047 kubik. Kenaikannya seiring bertambahnya jumlah penduduk dan pesatnya pembangunan. Meski volume sampah setiap tahunnya naik sekitar 2 persen, TPSA Cibeureum masih mampu menampung sampah hingga 2032 nanti.
“Walau demikian, kita tetap harus berupaya mengurangi volume sampah di TPSA sekaligus menekan kenaikan volume sampahnya. Mudah-mudahan, dengan pembangunan tempat pengolahan sampah berikut peralatannya, bisa mengurangi volume sampah di tingkat masyarakat sebelum diangkut ke TPSA,” ujar Agus. (A-67/A-89)***
Sumber : Pikiran Rakyat Online
4 Komentar
Informatif sekali sangat menarik di simak.
BalasHapusmantap programnya...lanjutkan
BalasHapushm, dengan demikian, bisa jaga kebersihan dan juga masyarakat ada kegiatan ya
BalasHapussemoga sampah bisa dimanfaatkan dan dapat di bersihkan kalau tidak bisa diolah :)
BalasHapus