JATINANGOR (GM) - Orang yang menduduki Jabar 1 alias Gubernur Jawa Barat mendatang harus benar-benar nyunda, nyantri, nyakola jeung nyantana (N4). Kalau tidak memenuhi hal itu, jangan harap Jawa Barat bisa maju, malahan akan kian terpuruk dan tertinggal oleh provinsi lainnya di Indonesia.

Demikian terungkap pada dialog interaktif dengan tema "Gubernur Jabar dari Independen, Mengapa Tidak?" yang digagas Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Wahana Pemerhati Lingkungan Indonesia (Wapli) Jabar di RM Sukahati Jalan Raya Bandung-Garut Desa Cipacing, Kec. Jatinangor, Kab. Sumedang, Senin (21/5).

Dialog interaktif yang tidak melibatkan partai politik dan lembaga pemerintahan tersebut menghadirkan narasumber Moh. Ikhsan, S.T. (membahas peta politik Jabar), H.M. Rizal Fadilah, S.H. (sisi politik hukum), dan Dr. Rahmat Partasasmita, S.H., M.Si. (mantan birokrat Pemkab Bandung) dengan moderator Atep Sumantri (LSM Samudra) dan Ebeat Beat A yang dihadiri 60 LSM di Kab. Bandung, Sumedang, dan Kab. Garut.

"Benar, agar Jawa Barat ke depan bisa lebih maju, harus dipimpin oleh Gubenur yang N4. Kalau tidak mememuhi N4 jangan harap Jawa Barat bisa maju. Itulah harapan puluhan LSM yang hadir dalam dialog interaktif jelang Pilgug Jabar 2013 mendatang," kata Ketua LSM Wapli, Drs Teten Dodi Rahadian kepada "GM".

Dalam dialog interaktif jelang Pilgub Jabar 2013 mendatang terungkap pula balon gubernur Jawar dari jalur independen akan sulit tampil. Pasalnya, persyaratan dan dukungan yang harus dikumpulkan oleh balon perseorangan ini terlalu berat. Berdasarkan jumlah penduduk Jabar 43 juta jiwa, bagi balon gubernur independen harus mendapatkan minimal 1,7 juta dukungan suara.

Sangat berat

Ia mengatakan, akan sangat berat bagi calon non-partai mengumpulkan lebih dari satu juta suara sesuai persyaratan KTP yang harus dinyatakan dengan materai Rp 6.000. Untuk biaya materai saja, modal yang dikeluarkan sudah mencapai lebih Rp 6 miliar.

"Ada baiknya berbagai elemen masyarakat terus menyosialisasikan calon independen untuk Pilgub Jabar mendatang. Meski kini muncul nama-nama balon gubernur baik yang diusung parpol dan incumbent belum menjamin akan bisa bersaing. Jika ada balon independen mengapa tidak? Meski balon independen selalu jadi kuda hitam, namun jika mendapat dukungan penuh masyarakat ceritanya akan lain," kata H. M Rizal Fadilah.

Sementara itu, Rahmat Partasasmita, Rizal Fadillah, Moh. Ikhsan, Atep Somantri, dan Ebeat Beat A, khawatir dalam pelaksanaan Pilgub Jabar 2003 tingkat partisipasi masyarakat akan rendah. "Rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilukada faktornya bisa karena jenuh. Pasalnya hasilnya tidak ada perubahan signifikan,"kata Moch. Ikhsan.

Sementara Ebeat Beat A dan Rizal Fadillah kepada "GM" menambahkan, jika sekarang muncul nama-nama balon gubernur, mereka diragukan akan benar-benar demi memajukan daerah dan rakyat Jabar. "Pilkada sangat mahal. Jika nanti terpilih pun akan berkalkulasi biaya yang telah dikeluarkan dan bagaimana harus mengembalikannya. Belum lagi utang politik kepada para sponsornya," kata Ebeat Beat A.

Sumber : Galamedia